26 August 2003

Batak = Nomaden ?

Apakah orang Batak termasuk penduduk yang suka nomaden atau berpindah-pindah ? Pada saat iseng search di Google aku menemukan artikel berikut ini :
Asing sing sooooo
"Batak" Artinya Penunggan Kuda?
Migrasi Orang Batak Suatu Strategi Hidup Mereka
H O R A S

Perihal Ulos

sumber : posting "Guntar Sagala" di milis Gen-B

Latar belakang:
Pada suatu zaman pernah ulos merupakan barang langka dan sangat berguna di tanah batak. Ulos, yang arti harfiahnya adalah selimut, sangat dibutuhkan di masyarakat bonapasogit yang kebetulan tinggal di daerah pegunungan yang dingin. Juga ulos pernah berfungsi sebagai pakaian sehari-hari, karena pada waktu itu masih sangat sulit akses terhadap produksi tekstil seperti sekarang. Dan karena dipakai sehari-hari, waktu itu banyak dijumpai ulos yang telah buruk/luntur. Untuk menangkal udara dingin, disamping ulos, Pantas juga dipertimbangkan: Bahwa pada waktu itu nilai-pasar (tukar-menurkar) ulos tergolong tinggi. Ulos mempunyai corak dan tingkatan menurut waktu pemakaian dan harganya (sangat berhubungan dengan kesulitan membuat dan jenis bahannya).

Di bawah ini menurut rekan-rekan ada beberapa makna/lambang dari ULOS sbb :

#. Ulos Lambang Gengsi
Ulos adalah lambang gengsi (jati diri?) seseorang dalam komunitas batak. Misalnya seseorang yang menganggap dirinya "biasa-biasa saja", dia tidak akan berani memakai ulos yang dinilai oleh khalayak sebagai ulos untuk seseorang yang telah "maduma" (jaya kiri-kanan dan luar-dalam).Karena, jika seorang-biasa memakai ulos yang dinilai sangat agung oleh khalayak, akan dicemoh orang. Sebaliknya, seseorang yang telah maduma akan dicemoh bilamana dia dalam suatu uloan adat tidak memakai ulos yang pantas menurut ukuran kejayaannya.

#. Ulos Lambang Kasih sayang
Dengan pertimbangan kegunaan dan nilai-pasar ulos waktu itu, tidaklah sulit menghayati bahwa seorang orang tua memberikan ulos kepada anaknya sebagai perlambang kasih-sayang dan restunya dalam suatu pesta perkawinan. Ingat : Ulos hanyalah perlambang (tanda), bukan perwujudan. Suatu tanda adalah sempurna dan lengkap bilamana pihak-pihak yang terkait dalam semangat saling percaya.

#. Ulos ada Lambang & Comitment
Bisa saja seorang orangtua bersedia memberikan sebidang tanah kepada menantunya yang baru, dan kemudian menantunya itu berkata: "Amang tahu sendiri, kami (serta dengan borumu) akan tinggal di negeri yang jauh dari tempat amang. Bagaimana kami akan mengelola tanah itu. Terima kasihlah amang terhadap semua kebaikanmu." Dengan ulos sebagai tanda kasih, si menantu dan serta pihak marga menantu, dapat merasa bahagia dan "pos roha" bahwa orang tua perempuan siap-sedia dalam hal memberi dan mengasihi bilamana diperlukan. Oleh sebab itu "ulos adalah perlambang, ulos adalah komitmen" .Dari hasil percakapan para anggota Gen_B lebih banyak setuju bahwa Ulos tetap Ulos artinya posisi Ulos tetap tidak bisa di ganti dengan apapun (termasuk cendramata paling berharga) dalam sebuah adat. Alasanya simple sebab Ulos mempunyai nilai adat & sakral, tidak diumbar serta,perlambang kasih dan restu. Dalam perkembangannya makna ulos sebagai perlambang suatu nilai yang luhur mengabur.Tentang Makna: Karena ulos adalah perlambang kasih yang tidak terbatas nilai-pasar, sebab itu
seseorang janganlah memberi ulos karena tuntutan atau tekanan keterpaksaan supaya enak dipandang masyarakat. Tanpa komitmen mengasihi, memberi ulos sebetulnya sudah bertentangan dengan yang dilambangkannya.

Tabe sian ahu tu sude angka Dongan/Anggota Gen_B jala sai anggiat di ramoti Tuhan hita saluhutna.

21 August 2003

Mata Angin [bahasa Batak]

posted by : Moderator milis Gen B on Monday, July 22, 2002 10:15 AM

Timur Purba
Tenggara Anggoni
Selatan Dangsina
Barat Daya Nariti
Barat Pastina
Barat Laut Mayobia
Utara Utara
Timur Laut Irsanya

Ritual Batak

Beberapa kejadian yang sering diupacarakan dalam Adat Batak
posted by : Moderator milis gen-b on Thursday, August 01, 2002 11:54 AM


1. Tonggo Raja
Adalah kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka menyampaikan ulaon yang relatif besar dan melibatkan banyak orang.

2. Pemberian Marga
Adalah proses memberikan marga kepada orang yang bukan Batak. Pada umumnya hal ini dilakukan pada calon mempelai/yang akan melangsungkan pernikahan.

3. Perkawinan
Serangkaian kegiatan/prosesi ulaon dalam rangka perkawinan putra/putri Batak.

4. Kelahiran Anak
Diselenggarakan bila ada anak lahir dalam keluarga. Biasanya mencakup Mangan Indahan Esekesek, Manupaupa (untuk laki-laki), Paebathon Buhabaju tu Ompung na bao, dan Tardidi (pemberian nama).

5. Penyampaian Ulos Mula Gabe (Tondi)
Diselenggarakan pada saat kehamilan wanita dalam usia hamil 3 atau 4 bulan.

6. Mangupa
Syukuran akibat lepas dari cobaan berat atau karena memperoleh sukses/kebahagiaan yang besar.

7. Mambahen Sipanganon Tu Natua-tua dan Manulangi
Mensyukuri umur padang

8. Pemindahan Makam
Mencakup mangongkal holi dan pesta Tambak. Penghormatan kepada leluhur.

9. Kematian
Mencakup kematian Mangkar(belum punya keturunan, Sarimatua dan Saurmatua.

10. Membawa dengke (makanan) serta melakukan penghiburan bagi kerabat/sanak saudara yang menderita kemalangan atau mengalami penderitaan.

11. Mangompoi Jabu
Syukuran dalam rangka menempati rumah baru.

20 August 2003

Paratur ni Parhundulon

sumber : posting Roy Enrico Reyes Tambunan alias Ompu Matasopiak XVI di milis gen-b

Paratur ni parhundulon berarti posisi duduk, ini adalah salah satu istilah dalam ritual adat Batak, yang kemudian dimaknakan dalam kehidupan sehari-hari. Posisi duduk dalam suatu acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan unsur-unsur penghormatan kepada pihak-pihak tertentu.
Karena yang menulis sumber-sumber bacaan ini, termasuk saya, kesemuanya laki-laki, maka ada baiknya kita memposisikan diri sebagai pihak laki-laki, agar nantinya mudah memahami berbagai struktur partuturon yang saya dan kita semua tahu, sangat rumit. Kepada ito-ito yang mungkin akan kebingungan, cobalah membayangkan seolah ito-ito semua adalah laki-laki dalam keluarga. Di akhir bacaan nanti, diharapkan pembaca bisa memahami posisinya masing-masing, dan juga posisi orang-orang di sekeliling kita tercinta.
Dalam kehidupan orang Batak sehari-hari, kekerabatan (partuturon ) adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya, Boraspati ( baca boraspati di artikel saya selanjutnya, ini digambarkan dengan dua ekor cecak/cicak, saling berhadapan, yang menempel di kiri-kanan Ruma Gorga/Sopo/Rumah Batak ). Kekerabatan itu pula yang menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah, menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik ( nice attitude ).

Kita selaku orang Batak berbudaya sudah menanamkan ini sejak dulu kala, kita tentu masih ingat petuah nenek moyang kita, seperti :
' Jolo tiniptip sanggar, laho bahen huruhuruan, jolo sinungkun marga, asa binoto partuturan '
' Hau antaladan, parasaran ni binsusur, sai tiur do pardalanan molo sai denggan iba martutur '

Ada tiga bagian kekerabatan, dinamakan " Dalihan Na Tolu " ( Dalihan Na Tolu juga akan saya tuliskan lengkap pada kesempatan mendatang ). Adapun isi :
§ Manat mardongan tubu = hati-hati bersikap terhadap dongan tubu
§ Elek marboru = memperlakukan semua perempuan dengan kasih
§ Somba marhulahula = menghormati pihak keluarga perempuan

Yang dimaksud dengan dongan tubu ( sabutuha ) :
1. Dongan sa-ama ni suhut = saudara kandung
2. Paidua ni suhut ( ama martinodohon ) = keturunan Bapatua/Amanguda
3. Hahaanggi ni suhut / dongan tubu ( ompu martinodohon ) = se-marga, se-kampung
4. Bagian panamboli ( panungkun ) ni suhut = kerabat jauh
5. Dongan sa-marga ni suhut = satu marga
6. Dongan sa-ina ni suhut = saudara beda ibu
7. Dongan sapadan ni marga ( pulik marga ), mis : Tambunan dengan Tampubolon ( Padan marga akan saya tuliskan juga nanti, lengkap dengan 'Padan na buruk' = sumpah mistis jaman dulu yang menyebabkan beberapa marga berselisih, hewan dengan marga, kutukan yang abadi, dimana hingga saat ini tetap ada tak berkesudahan )

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan dongan sabutuha :
§ Manat ma ho mardongan sabutuha, molo naeng sangap ho
§ Tampulon aek do na mardongan sabutuha
§ Tali papaut tali panggongan, tung taripas laut sai tinanda do rupa ni dongan

Yang dimaksud dengan boru :
1. Iboto dongan sa-ama ni suhut = ito kandung kita
2. Boru tubu ni suhut = puteri kandung kita
3. Namboru ni suhut
4. Boru ni ampuan, i ma naro sian na asing jala jinalo niampuan di huta ni iba = perempuan pendatang yang sudah diterima dengan baik di kampung kita
5. Boru na gojong = ito, puteri dari Amangtua/Amanguda ataupun Ito jauh dari pihak ompung yang se-kampung pula dengan pihak hulahula
6. Ibebere/Imbebere = keponakan perempuan
7. Boru ni dongan sa-ina dohot dongan sa-parpadanan = ito dari satu garis tarombo dan perempuan dari marga parpadanan ( sumpah ).
8. Parumaen/maen = perempuan yang dinikahi putera kita, dan juga isteri dari semua laki-laki yang memanggil kita 'Amang'

Kata-kata bijak dalam berhubungan dengan boru :
§ Elek ma ho marboru, molo naeng ho sonang
§ Bungkulan do boru ( sibahen pardomuan )
§ Durung do boru tomburon hulahula, sipanumpahi do boru tongtong di hulahula
§ Unduk marmeme anak, laos unduk do marmeme boru = kasih sayang yang sama terhadap putera dan puteri
§ Tinallik landorung bontar gotana, dos do anak dohot boru nang pe pulikpulik margana

Kata-kata bijak perihal bere :
Amak do rere anak do bere, dangka do dupang ama do tulang
Hot pe jabu i sai tong do i margulanggulang, tung sian dia pe mangalap boru bere i sai hot do i boru ni tulang

Yang dimaksud dengan hulahula :
§ Tunggane dohot simatua = lae kita dan mertua
§ Tulang
§ Bona Tulang = tulang dari persaudaraan ompung
§ Bona ni ari = hulahula dari Bapak ompung kita ( rumit :P ). Pokoknya, semua hulahula yang posisinya sudah jauh di atas, dinamai Bona ni ari.
§ Tulang rorobot = tulang dari lae/isteri kita, tulang dari nantulang kita, tulang dari ompung boru lae kita dan keturunannya. Boru dari tulang rorobot tidak bisa kita nikahi, merekalah yang disebut dengan inang bao.
§ Seluruh hulahula dongan sabutuha, menjadi hulahula kita juga ( ya ampunnn )

Kata-kata bijak penuntun hubungan kita dengan hulahula :
§ Sigaiton lailai do na marhulahula, artinya ; sebagaimana kalau kita ingin menentukan jenis kelamin ayam (jantan/betina ), kita terlebih dulu menyingkap lailai-nya dengan hati-hati, begitupula terhadap hulahula, kita harus terlebih dulu mengetahui sifat-sifat dan tabiat mereka, supaya kita bisa berbuat hal-hal yang menyenangkan hatinya.
§ Na mandanggurhon tu dolok do iba mangalehon tu hulahula, artinya ; kita akan mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan, kalau kita berperilaku baik terhadap hulahula.
§ Hulahula i do debata na tarida
§ Hulahula i do mula ni mata ni ari na binsar. Artinya, bagi orang Batak, anak dan boru adalah matahari ( mata ni ari ). Kita menikahi puteri dari hulahula yang kelak akan memberi kita hamoraon, hagabeon, hasangapon, yaitu putera dan puteri ( hamoraon, hagabeon, hasangapon yang hakiki bagi orang Batak bukanlah materi, tetapi keturunan, selengkapnya baca di 'Ruma Gorga' )
§ Obuk do jambulan na nidandan baen samara, pasupasu na mardongan tangiang ni hulahula do mambahen marsundutsundut so ada mara
§ Nidurung Situma laos dapot Porapora, pasupasu ni hulahula mambahen pogos gabe mamora

Nama-nama partuturon dan bagaimana kita memanggilnya ( ini versi asli, kalau ternyata dalam masa sekarang kita salah menggunakannya, segeralah perbaiki ) ( sekali lagi, kita semua memposisikan diri kita sebagai laki-laki )

a. Dalam keluarga satu generasi :
(1) Amang/Among : kepada bapak kandung
(2) Amangtua : kepada abang kandung bapak kita, maupun par-abangon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun kita bisa juga memanggil 'Amang' saja
(3) Amanguda : kepada adik dari bapak kita, maupun par-adekon bapak dari dongan sabutuha, parparibanon. Namun bisa juga kita cukup memanggilnya dengan sebutan 'Amang' atau 'Uda'
(4) Haha/Angkang : kepada abang kandung kita, dan semua par-abangon baik dari amangtua, dari marga
(5) Anggi : kepada adik kandung kita, maupun seluruh putera amanguda, dan semua laki-laki yang marganya lebih muda dari marga kita dalam tarombo. Untuk perempuan yang kita cintai, kita juga bisa memanggilnya dengan sebutan ini atau bisa juga 'Anggia'
(6) Hahadoli : atau 'Angkangdoli', ditujukan kepada semua laki-laki keturunan dari ompu yang tumodohon ( mem-per-adik kan ) ompung kita
(7) Anggidoli : kepada semua laki-laki yang merupakan keturunan dari ompu yang ditinodohon ( di-per-adik kan ) ompung kita, sampai kepada tujuh generasi sebelumnya. Uniknya, dalam acara ritual adat, panggilan ini bisa langsung digunakan ( tidak perlu memakai Hata Pantun atau JagarJagar ni hata : tunggu artikel berikut :P )
(8) Ompung : kepada kakek kandung kita. Sederhananya, semua orang yang kita panggil dengan sebutan 'Amang', maka bapak-bapak mereka adalah 'Ompung' kita. Ompung juga merupakan panggilan untuk datu/dukun, tabib/Namalo.
(9) Amang mangulahi : kepada bapak dari ompung kita. Kita memanggilnya 'Amang'
(10) Ompung mangulahi: kepada ompung dari ompung kita
(11) Inang/Inong : kepada ibu kandung kita
(12) Inangtua : kepada isteri dari semua bapatua/amangtua
(13) Inanguda : kepada isteri dari semua bapauda/amanguda
(14) Angkangboru : kepada semua perempuan yang posisinya sama seperti 'angkang'
(15) Anggiboru : kepada adik kandung. Kita memanggilnya dengan sebutan 'Inang'
(16) Ompungboru : lihat ke atas
(17) Ompungboru mangulahi : lihat ke atas
(Note : sampai disini, kalau masih bingung, mari minum-minum kopi sambil merokok-merokok, atau minum-minum jus)

b. Dalam hubungan par-hulahula on
(a) Simatua doli : kepada bapak, bapatua, dan bapauda dari isteri kita. Kita memangilnya dengan sebutan 'Amang'
(b) Simatua boru : kepada ibu, inangtua, dan inanguda dari isteri kita. Kita cukup memangilnya 'Inang'
(c) Tunggane : disebut juga 'Lae', yakni kepada semua ito dari isteri kita
(d) Tulang na poso : kepada putera tunggane kita, dan cukup dipangil 'Tulang'
(e) Nantulang na poso : kepada puteri tunggane kita, cukup dipanggil 'Nantulang'
(f) Tulang : kepada ito ibu kita
(g) Nantulang : kepada isteri tulang kita
(h) Ompung bao : kepada orangtua ibu kita, cukup dipanggil 'Ompung'
(i) Tulang rorobot : kepada tulang ibu kita dan tulang isteri mereka, juga kepada semua hulahula dari hulahula kita (amangoi...borat na i )
(j) Bonatulang/Bonahula : kepada semua hulahula dari yang kita panggil 'Ompung'
(k) Bona ni ari : kepada hulahula dari ompung dari semua yang kita panggil 'Amang', dan generasi di atasnya

c. Dalam hubungan par-boru on
(1) Hela : kepada laki-laki yang menikahi puteri kita, juga kepada semua laki-laki yang menikahi puteri dari abang/adik kita. Kita memanggilnya 'Amanghela'
(2) Lae : kepada amang, amangtua, dan amanguda dari hela kita. Juga kepada laki-laki yang menikahi ito kandung kita
(3) Ito : kepada inang, inangtua, dan inanguda dari hela kita
(4) Amangboru : kepada laki-laki ( juga abang/adik nya) yang menikahi ito bapak kita
(5) Namboru : kepada isteri amangboru kita
(6) Lae : kepada putera dari amangboru kita
(7) Ito : kepada puteri dari amangboru kita
(8) Lae : kepada bapak dari amangboru kita
(9) Ito : kepada ibu/inang dari amangboru kita
(10) Bere : kepada abang/adik juga ito dari hela kita
(11) Bere : kepada putera dan puteri dari ito kita
(12) Bere : kepada ito dari amangboru kita

Alus ni tutur tu panjouhon ni partuturan na tu ibana ( hubungan sebutan kekerabatan timbal balik )
Kalau kita laki-laki dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita:
amang, amangtua, amanguda amang
inang, inangtua, inanguda amang
angkang anggi(a)
ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) anggi(a)
ompungboru ( suhut ) anggi(a)
ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) lae
ompungboru ( bao ) amangbao
inang ( anggiboru ) amang
anggia angkang
anggia ( pahompu ) ompung
inang ( bao ) amang
inang ( parumaen ) amang
amang ( simatua ) amanghela
inang ( simatua ) amanghela
tunggane lae
tulang bere
nantulang bere
tulang na poso amangboru
nantulang na poso amangboru
bere tulang
ito ito
parumaen/maen amangboru
amang ( na mambuat maen ni iba ) amang

Kalau kita perempuan dan memanggil seseorang dengan : Orang itu akan memanggil kita:
amang, amangtua, amanguda inang
inang, inangtua, inanguda inang
angkang anggi(a)
ompungdoli (suhut = dari pihak laki-laki) ito
ompungboru ( suhut ) eda
ompungdoli ( bao = dari pihak perempuan ) ito
ompungboru ( bao ) eda
inang ( anggiboru ) #####
anggia angkang
anggia ( pahompu ) #####
inang ( bao ) #####
inang ( parumaen ) inang
amang ( simatua ) inang
inang ( simatua ) inang
tunggane #####
tulang bere
nantulang bere
tulang na poso #####
nantulang na poso #####
bere nantulang
ito ito
parumaen/maen nanmboru
amang ( na mambuat maen ni iba ) inang

Beberapa hal yang perlu di ingat :
§ Hanya laki-laki lah yang mar-lae, mar-tunggane, mar-tulang na poso dohot nantulang na poso
§ Hanya perempuan lah yang mar-eda, mar-amang na poso dohot inang na poso
§ Di daerah seperti Silindung dan sekitarnya, dalam parparibanon, selalu umur yang menentukan mana sihahaan (menempati posisi haha ), mana sianggian ( menempati posisi anggi ). Tapi kalau di Toba, aturan sihahaan dan sianggian dalam parparibanon serta dongan sabutuha sama saja aturannya.

Ada lagi istilah LEBANLEBAN TUTUR, artinya pelanggaran adat yang dimaafkan. Misalnya begini : saya punya bere, perempuan, menikah dengan laki-laki, putera dari dongan sabutuha saya. Nah, seharusnya, si bere itu memanggil saya 'Amang' karena pernikahan itu meletakkan posisi saya menjadi mertua/simatua, dan laki-laki itu harus memanggil saya 'Tulang rorobot' karena perempuan yang dia nikahi adalah bere saya. Tapi tidaklah demikian halnya. Partuturon karena keturunan lebih kuat daripada partuturon apa pun, sehingga si bere harus tetap panggil saya 'Tulang' dan si laki-laki harus tetap memanggil saya 'Bapatua/bapauda'.

Pesta Unjuk

Pesta Unjuk terbagi dalam 2 kategori : dialap jual dan ditaruhon jual

Dialap Jual
Pengantin pria datang beserta dengan keluarga menjemput pengantin wanita dari rumah orangtuanya dengan membawa bakul berisi makanan daging dan ditutup dengan ulos.
Pelaksana pesta adalah pihak parboru (keluarga wanita). Pihak paranak (keluarga pria) menjadi tamu yang dilayani oleh pihak parboru.

Ditaruhon jual
Pengantin wanita diantar keluarganya kepada pengantin pria di rumah orangtua pria. Pelaksana pesta adalah pihak paranak

Pihak paranak melayani tamunya, yaitu pihak parboru
Pesta Unjuk ini dilakukan pada hari yang sama dengan perberkatan pernikahan. Setelah selesai pemberkatan dilanjutkan dengan Pesta Unjuk di tempat pesta dengan kegiatan :
Kedua belah pihak (paranak dan parboru) masing-masing menerima dan menyambut kedatangan hula-hula (keluarga laki-laki dari Ibu). Undangan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai Penyampaian hantaran makanan setelah undangan telah lengkap (masing-masing pihak telah hadir). Berdoa dan makan bersama. Pada saat makan bersama keluarga pengantin pria dan wanita datang menemui undangan yang sedang makan sambil mengucapkan selamat datang, selamat makan dan mohon maaflah atas kekurangan-kekurangan pesta.

Pembagian jambar, yang dimulai dengan keluarga wanita dan keluarga pria, dilanjutkan dengan pembagian diantara keluarga masing-masing pihak keluarga.
Pasahathon Tumpak. Tumpak (dibaca tuppak) adalah sumbangan para undangan dari keluarga pengantin pria kepada orangtua pengantin pria dalam bentuk uang yang dimasukkan ke dalam amplop, kemudian dimasukkan dalam baskom yang diletakkan di depan orangtua pria. Pengantin wanita harus mengambil amplop-amplop yang ada dalam baskom, namun hanya boleh mengambil sekali saja.

Pasahathon hata (Marhata), dimulai dengan keluarga pria melalui "spokeman" atau juru bicara (dalam batak disebut Parsinabung) menyampaikan pinggan panungkunan (satu piring yang berisi beras, sirih dan uang) kepada keluarga wanita. Pihak keluarga wanita melalui juru bicaranya kemudian menerimanya, dan mengajukan pertanyaan apa maksud dan tujuan kedatangan ke tempat keluarga wanita dalam bentuk penyampaian umpasa. Juru bicara pihak laki-laki tentunya menjawab pertanyaan tersebut dengan umpasa juga. Setelah tanya jawab berlangsung, kedua belah pihak sepakat melaksanakan seluruh percakapan yang disepakati pada waktu marhusip dan melaksanakannya]. Hula-hula kedua belah pihak merestui kesepakatan kedua keluarga

Keluarga pria menyampaikan sinamot kepada keluarga wanita melalui juru bicaranya (parsinabung). Keluarga pria menyampaikan "Todoan" kepada orang yang termasuk "Suhi Ni Ampang na opat" keluarga wanita. Todoan itu merupakan presentase tertentu dari jumlah sinamot. Yang termasuk dalam Suhi Ni Ampang Na Opat adalah :
Keluarga saudara laki-laki Bapak pengantin wanita terdekat
Keluarga saudara laki-laki pengantin wanita terdekat.
Keluarga saudara perempuan pengantin wanita terdekat.
Keluarga saudara laki-laki ibu pengantin wanita terdekat.
Keluarga pengantin perempuan bersama keluarga pria memberikan Tintin Marangkup kepada keluarga saudara laki-laki ibu pengantin pria yang terdekat.
Keluarga pengantin wanita membagikan pinggan panganan kepada beberapa undangan.

Keluarga wanita menyampaikan ulos imbalan sinamot dengan urutan :
Ulos Pansamot kepada orangtua pengantin
Ulos Hela kepada keluarga mempelai ditambah dengan 1 sarung kepada pengantin pria.
Ulos Pamarai kepada saudara Bapak pengantin pria atau saudara pengantin pengantin pria terdekat yang telah berkeluarga
Ulos Sihunti jual kepada keluarga saudara perempuan pengantin pria yang terdekat
Ulos-ulos lainnya dengan jumlah yang telah ditentukan dan disepakati bersama.
Setelah penyampaian ulos Sihunti jual maka keluarga pengantin pria membagikan amplop berisi uang kepada beberapa undangan.
Penyampaian ulos holong kepada kedua mempelai dengan urutan :
Dongan tubu diikuti boru
Hula-hula keluarga pengantin wanita
Hula-hula pengantin pria

Pihak keluarga wanita memberikan restu kepada keluarga pria yang didahului oleh hula-hula. Pihak keluarga pengantin pria mengucapkan terima kasih kepada pihak keluarga pengantin wanita dan semua undangan Orangtua pengantin laki-laki mengucapkan terima kasih kepada semua undangan. Pembagian olop-olop (uang ratusan/ribuan rupiah) yang berasal dari keluarga pengantin wanita dan pria keapda undangan yang masih ada Penutup (Bernyanyi bersama dan berdoa)

Rumit ? Itulah seni dari adat batak itu. Ini hanya satu bagian saja, belum bagian yang lain. Mudah-mudahan bisa bermanfaat, terutama bagi para naposo yang hendak melaksanakan dan melangsungkan pernikahan tahun ini.
sumber : milis Gen-B posted by Eewin P winrap@yahoo.com

19 August 2003

Naniura

oleh : Bondan Winarno [kolom : Jalansutra]
Penulis rubrik Asal Usul di Kompas Minggu yang telah menyinggahi banyak tempat di dunia dan mencicipi hidangan khas tempat-tempat yang disinggahinya. (e-mail: bwinarno@xxxxxxx.net.id)

Seorang jurumasak (chef) yang bekerja di sebuah hotel di London, menulis surat dalam bahasa Indonesia yang cukup bagus. Katanya, dia selalu membaca "Jalansutra" di Kompas Cyber Media. Suratnya itu sekaligus memprotes. Potret Anda di situ memakai topi chef, tetapi kok artikel tentang makanan dan kuliner sangat sedikit?

Baiklah, "peringatan" itu membuat saya harus menulis tentang makanan.

Saya sangat menyukai makanan etnis. Apa saja yang berbau etnis, pasti saya lahap. Salah satunya adalah masakan Batak atau Tapanuli. Persis seperti masakan Bali yang sering dicurigai selalu mengandung bahan yang tidak halal, masakan Tapanuli pun menderita persoalan yang sama. Bahkan, karena masakan Batak mengenal adanya resep tertentu yang dibuat dari daging anjing, maka semuanya dianggap mengandung daging anjing. Padahal, masakan dari daging anjing bukanlah makanan yang paling populer dalam kuliner Tapanuli.

Di Medan, ada sebuah restoran yang sengaja memisahkan bagian yang menyajikan daging anjing. Bukan saja dipisah dengan sekat, melainkan dipisah dalam dua bangunan. Bagian restoran yang menyajikan masakan dengan daging anjing di satu sisi jalan. Lalu, berseberangan jalan dengan rumah makan itu terdapat sebuah restoran lain yang menyajikan masakan-masakan yang tidak mengandung daging anjing. Di kalangan penggemar masakan Batak dikenal istilah B2 untuk daging babi, dan B1 untuk daging anjing.

Yang akan kita bicarakan di sini adalah justru makanan halal yang disajikan di rumah makan masakan Tapanuli. Di jaringan rumah makan Lapo Ni Tondongta di Jakarta, selalu tersedia ayam goreng dan ikan goreng untuk mereka yang menghendaki masakan halal. Tetapi, itu 'kan tidak khas Tapanuli?

Ada masakan ikan yang khas Tapanuli, disebut arsik. Ada sedikit perbedaan antara arsik Karo dan Tapanuli. Biasanya arsik Karo lebih kering, sedangkan arsik Tapanuli lebih berkuah dan encer. Jenis bumbunya pun sedikit berbeda. Kebanyakan arsik dibuat dari ikan mas, direbus atau dikukus dalam kuah bumbu kuning. Kawan-kawan Batak, sama seperti kawan-kawan dari Makassar, paling suka bagian perut ikan. (Orang Tionghoa menganggap bagian ikan yang paling enak adalah di bagian pipi. Padahal, daging pipi itu sangat sedikit). Bagian perut ikan paling berlemak dan kurang banyak durinya. Tidak heran bila kita datang kesiangan ke rumah makan Tapanuli, kita tidak akan kebagian arsik bagian perut.

Ada lagi masakan ikan yang khas Tapanuli, tetapi tidak sepopuler arsik. Kadang-kadang orang Batak sendiri terkejut kalau mendengar orang non-Batak menyebut hidangan ikan yang satu ini. Namanya naniura. Hidangan ini pun biasanya dibuat dari ikan mas. Bedanya, bila arsik direbus atau dikukus, maka naniura justru tidak dimasak.

Ikan mas utuh - atau dipotong-potong bila besar - direndam selama semalam dalam bumbu-bumbu yang terutama terdiri atas jeruk nipis dan asam jawa (tamarin). Konon, rendaman jeruk nipis dan asam jawa itulah yang secara kimiawi membuat ikan mentah itu tidak terasa amis dan alot seperti laiknya ikan mentah. Hampir setiap rumah mempunyai resep naniura sendiri, sehingga agak sulit mencari standar baku naniura. Naniura bikinan Lapo Ni Tondongta, misalnya, berbeda dengan naniura bikinan ibu teman saya yang sungguh lezat. (Khususnya karena tidak usah bayar!).

Kalau Anda percaya bahwa sebetulnya orang-orang Filipina itu bernenek-moyang orang Tapanuli, maka mungkin bukti itu bisa ditemukan secara kuliner. Di daerah sekitar General Santos City (Gensan City), di Filipina Selatan, dikenal masakan yang disebut kinilauw. Kinilauw biasanya dibuat dari ikan tuna, sesuai dengan letak Gensan City yang di tepi pantai dan merupakan tempat pendaratan nelayan yang memancing tuna.

Daging ikan tuna yang merah itu dipotong dadu kecil-kecil lalu dicampur dengan bawang merah dan timun yang dirajang sangat halus. Semua ini direndam selama semalam dalam larutan cuka (wine vinegar atau rice vinegarkinilauw pada satu acara potluck brunch di rumah teman. Kebanyakan orang tidak menyadari bahwa yang dimakannya adalah ikan mentah. Saya juga pernah membuat kinilauw dari ikan mas karena sebagai penderita asam urat tidak boleh makan terlalu banyak tuna. Hasilnya ?E enak tenaaaan. Kinilauw dari ikan kakap juga membuat lidah bergoyang.

Di Hawaii juga ada hidangan yang mirip kinilauw maupun naniura. Di Hawaii hidangan ikan mentah itu disebut lomi-lomi. Anehnya, sekalipun Hawaii jauh dari kawasan laut yang menghasilkan salmon, lomi-lomi yang paling populer di Hawaii adalah lomi-lomi salmon. Cara pembuatannya sangat mirip dengan kinilauw - dalam arti tidak memakai asam jawa seperti naniura - tetapi ditambah irisan tomat yang membuatnya lebih segar. Berbagai daging ikan lain yang cocok untuk membuat lomi-lomi adalah: tuna, opakapaka (kakap putih), mahi-mahi (lemadang).

Hati-hati bila membuat lomi-lomi dari tuna atau lemadang. Perendaman selama semalam harus dilakukan di dalam lemari es. Soalnya, tuna dan lemadang adalah jenis ikan yang mengandung histamin alamiah. Bila terlalu lama berada pada suhu di atas nol derajat, maka histaminnya akan berkembang dan membuat pemakannya menjadi gatal.

Kinilauw dan naniura pun sebaiknya direndam semalam di dalam lemari es. Kalau mengikuti aturan FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika Serikat, penanganan ikan mentah itu harus mengikuti rumus: keep it cold, keep it clean, keep it moving.

Nah, sudah ngiler, 'kan? Ayo, buruan ke pasar beli ikan!


Sementara itu kalo mau tau resepnya ada nich :
bumbu :
- asam jeruk (saya ga tau namanya asam apa, tapi kaya' jeruk purut modelnya) kalau pake' jeruk nipis katanya agak pahit,
- kunyit diparut, terus disaring, jadi yang dipake cuma airnya,
- kacang tanah disangrai & ditumbuk kasar bisa diganti dengan kemiri dibakar kemudian digiling halus
- bawang 'batak', bawang merah + bawang putih + 'rias' == disangrai, kemudian dihaluskan

caranya :
Satu ekor ikan mas (sebaiknya paling kecil ukurannya lebih dari 1/2 kg) dibersihkan, dibelah. Semua tulang, duri lunak & sisiknya harus benar-benar
bersih, dagingnya dikerat. Siram dengan air panas, kemudian rendam dengan air asam & garam

Setelah warna ikan berubah (karena direndam garam & asam), semua bumbu dimasukkan. Untuk kunyit sedikit saja, supaya rasanya nggak seperti jamu.
Diamkan beberapa jam (supaya bumbu benar-benar meresap). Kalau mau rasanya lebih khas pakailah 'andaliman' tapi warnanya jadi tidak cerah.
sumber : Gen_B@yahoogroups.com